Nyobain Track 230 KM Lampung Ultra Cycling Tantangan & View Juara!

IrinBike - Perjalanan nyobain rute 230 km Lampung Ultra Cycling dari Bandar Lampung ini penuh tantangan, tapi seru banget! Start dari Bandar Lampung menuju Gedong Tataan, Kedondong, hingga Pardasuka, saya dan teman-teman disuguhkan dengan kondisi jalan yang beragam, dari jalan rusak, perbaikan cor-coran, hingga aspal mulus.


Start dari Bandar Lampung: Semangat Awal Masih Tinggi!
Pagi itu, saya start dari rumah sekitar jam 5:39, kemudian menunggu teman-teman di Indomart BKP, Kemiling. Di antara tawa dan obrolan ringan, saya sangat bersemangat karena gowes kali ini bersama  Om Ino, Kak Daeng, Koh Apo, dan Koh Doni. Kami akhirnya mulai gowes dari Kemiling jam 7 pagi. Rute awal menuju Gedong Tataan dan Kedondong masih nyaman, jalanan relatif bagus, dan suasana pagi bikin semangat. Sampai di Pardasuka, rutenya mulai terasa, tapi kondisi jalan masih lumayan.

Nanjak di Gayau: Jalan Rusak & Cor-Coran yang Menguras Tenaga
Nah, mulai dari sini tantangan sebenarnya dimulai. Setelah keluar Pardasuka, kami menghadapi tanjakan Gayau. Jalan di sini lagi perbaikan dan cor-coran yang setengah jadi bikin kayuhan makin berat. Fix banget, bagian ini nguras tenaga, terutama buat emak-emak lemah nan manja kayak saya. Untungnya, setelah masuk ke Pekon Pematang Nebak, jalanan mulai bagus lagi, jadi bisa sedikit bernapas lega.

Jam 11.24, kita mulai turun menuju Limau. Di sini, Om Ino dengan sepeda federalnya tampil kuat dan stabil. Salut deh sama beliau, tenaganya nggak habis-habis!

Jadi ingat waktu Rakata Fun Camp 2021, plang penunjuk arah di sekitar sini masih ada, meskipun kondisi jalan waktu itu tidak sebagus sekarang. Jalanannya dulu lebih banyak berlubang dan licin di beberapa titik. Tapi sekarang, meskipun beberapa bagian masih dalam perbaikan, banyak bagian yang sudah jauh lebih baik, terutama saat melewati Pekon Pematang Nebak. Jadi, perjalanan terasa lebih nyaman. Tapi tetap aja, tantangannya masih terasa, terutama di tanjakan curam dan turunan tajam yang memaksa kita buat tetap fokus. Ah, jadi ingat momen-momen seru saat itu!

Aspal Hancur di Limau: Harus Fokus, Jangan Sampai Mencelat!
Setelah melewati Pekon Napal, rutenya mulai turun ke arah Limau. Tapi jangan senang dulu, karena jalan di sini banyak yang rusak parah! Aspal yang hancur, batu-batu lepas, dan beberapa bagian lagi diperbaiki bikin kami harus ekstra hati-hati. Turunan yang licin di sini benar-benar bikin adrenalin naik. Kalau nggak fokus, bisa-bisa mencelat ke jurang!

Jam 15.11, kita rolling menuju arah Taman Makam Pahlawan. Pemandangannya keren banget dari atas sini, benar-benar memanjakan mata. Inframe, Koh Apo yang lagi semangat gowes!

Rolling & Aspal Hancur Lagi di Batubalai hingga Taman Makam Pahlawan
Perjalanan dari Batubalai ke Pekon Menggala hingga Taman Makam Pahlawan kembali diwarnai dengan jalanan aspal yang rusak. Ban sepeda dan kondisi pedal benar-benar harus bagus di sini, karena rute ini bakal menguji ketahanan gear. Bagi yang sepedanya fit dan sering gowes, insya Allah aman sampai finish, tapi bagi pemula atau yang kurang persiapan, bisa jadi masalah besar.

Serunya Nanjak Batu Kramat, Ketemu Ririn di Gisting, dan Nikmatnya Sop Iga
Di Gisting, kami ketemuan sama Ririn yang sudah lebih dulu sampai di tempat tikum, rest area Gisting. Ririn memang emak-emak yang sat set, nggak pake lama. Sambil nunggu kami yang masih merayap dari Batu Kramat, dia sudah beres ngondisiin tempat yang pas buat makan malam. Sop iga panas, tempe goreng, dan sate kambing jadi menu andalan malam itu. Dengan udara khas Gisting yang dingin sejuk, makanan berkuah itu rasanya bikin badan langsung hangat dan seger. Perut yang butuh banget karbo setelah gowes panjang, langsung terpenuhi dengan sempurna!

Jam 17.04 kita sudah sampai di Batu Kramat, tinggal sedikit lagi untuk keluar dari pintu gerbang "Selamat Datang Kota Agung." Inframe, Atuk Daeng dengan sepeda Federalnya yang gagah.

Lampu Penerangan Minim di Talang Padang & Gading
Salah satu tantangan lain di rute ini adalah minimnya penerangan jalan, terutama di daerah Talang Padang hingga Gading. Lampu jalan banyak yang tidak berfungsi, jadi kalau gowes malam hari, pastikan bawa senter atau lampu yang awet! Belum lagi ada pasar malam di Gading, yang bikin perjalanan melambat. Tapi ya wajar sih, malam Minggu kan waktunya healing buat masyarakat setempat. Tambah lagi, ban depan gue sempat kempes di Pringsewu! Fix, itu jadi drama kecil di tengah perjalanan, bikin gowesan makin seru!

Jam 20.39, kami pecah ban di Pringsewu, ban depan kempes! Wajib siap dengan perlengkapan darurat saat gowes.

Momen Bersama & View yang Juara
Meskipun rutenya cukup berat, perjalanan ini penuh momen berharga bersama Om Ino, Kak Daeng, Koh Apo, Koh Doni, dan Ririn yang ketemuan di Gisting. View sepanjang jalan juga juara banget, terutama saat rolling menuju Taman Makam Pahlawan. Pemandangan dari atas benar-benar bikin hati adem, jadi meski rute nyiksa, tetap ada sisi yang bikin happy!

Finish Strong & Nikmatnya Kopi
Setelah perjalanan panjang, saya akhirnya tiba kembali di rumah sekitar jam 11:34 malam. Walau perjalanan memakan waktu panjang dengan istirahat, sholat, makan siang, mampir di Karang Bolong, foto-foto di dermaga Batubalai, dan menikmati momen bersama teman-teman, rasa lelah terbayar lunas dengan kepuasan finish. Bisa ngobrol santai, ketawa-ketawa, dan ngopi jadi personal best buat saya!

Nyobain track 230 km Lampung Ultra Cycling bukan hanya soal tantangan fisik, tapi juga pengalaman seru yang nggak terlupakan. Meski jalan rusak, tanjakan yang berat, dan minim penerangan, pemandangan indah dan kebersamaan dengan teman-teman gowes bikin semua jadi lebih ringan. Siap mencoba tantangan ini? Jangan lupa persiapkan fisik, mental, dan pastikan sepeda dalam kondisi terbaik!

Post a Comment

Previous Post Next Post